This page is enhanced for Mobile user. Visit our full website here.

Meningkatkan Performa Brand Anda Menggunakan UX  Yang Lebih Inklusif  


23 Nov 2022 by Billy Gani

Inklusivitas adalah prioritas yang semakin penting karena masyarakat menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi oleh banyak komunitas yang kurang diperhatikan. Pasar ide dan perdagangan global telah memungkinkan hal ini.
 
Sekarang, karena setiap brand melihat nilai dan keharusan secara etis dalam merancang desain konten yang inklusif, Anda dapat meningkatkan pengalaman pengguna (UX) dengan membukanya untuk semua audiens. Aksesibilitas adalah prinsip utama dari UX inklusif, tetapi tidak berakhir pada tahap itu saja.
 
UX yang inklusif terdiri dari strategi yang berbeda dan dipikirkan secara matang. Dengan memahami hal ini, Anda dapat meningkatkan performa brand, dan menggunakan berbagai strategi tersebut untuk inklusivitas yang lebih tinggi.

Apa Yang Sebenarnya Dimaksud Dengan Inklusivitas UX?

Ketika website Anda gagal untuk meraih keseluruhan pengguna, Anda menutup diri dan brand Anda dari arus pendapatan yang lebih tinggi. Tetapi, hal tersebut bukannya inti dari apa yang kita inginkan. Inklusivitas merupakan imperatif etis, yang dapat menghasilkan konsekuensi yang fatal jika gagal ketika diterapkan dalam konten Anda.
 
Tetapi, apa yang sebenarnya dimaksud dengan inklusivitas UX?
 
Inklusivitas merupakan proses perancangan desain dari pengalaman pengguna (UX) untuk setiap jenis ekspektasi yang dimiliki pengguna. Seperti aksesibilitas, hal ini mencakup hal individu dengan gangguan mental atau fisik, dan lebih luas lagi. Inklusivitas mengundang setiap pengguna dari tiap etnis, latar belakang, gender, orientasi seksual, dan lainnya ke dalam satu kesatuan pengalaman yang sama.
 
Singkatnya, inklusivitas merupakan proses perancangan desain yang menyambut tiap pengguna dengan ramah, secara representatif dan juga aksesibel.
 
Untuk mencapai hal tersebut, Anda perlu mempertimbangkan setiap jenis pengalaman, sudut pandang, identitas dan latar belakang yang ingin Anda gunakan sebagai pendekatan untuk bisnis berbasis digital. Bayangkan ketika Anda perlu memasuki sebuah website untuk membeli produk tertentu tetapi ternyata halaman dalam website tersebut sulit dimengerti dan navigasinya kacau. Situasi inilah yang dirasakan oleh banyak pengguna ketika produk digital Anda tidak menempatkan inklusivitas di dalamnya.
 
Untuk menghindari hal ini terjadi pada produk digital milik Anda, Anda perlu mempersiapkan pengembangan desain yang inklusif untuk pengalaman pengguna. Dengan hal itu, brand Anda dapat memberikan elevasi yang terlihat jelas oleh pengguna dan merepresentasikan citra positif serta rasa peduli terhadap mereka. 
 
Karena konsumen dan tim Anda semakin mementingkan nilai-nilai dari bisnis atau perusahaan yang dijalankan, inklusivitas adalah sifat yang perlu Anda gabungkan dengan desain UX dari produk digital Anda.

Beberapa Strategi Dalam Merancang UX Yang Inklusif

Hal ini tidak merupakan hal dan proses yang sulit. Aturan penggunaannya dapat memandu banyak keputusan pengembangan dan desain yang akan Anda buat selama membuat atau memperbaiki UX. Jika Anda tidak ingin produk digital seperti website atau aplikasi Anda terkunci dari pengalaman dengan satu atau lain cara, pastikan hal tersebut tidak terjadi pada orang lain.
 
Microsoft dapat menjadi salah satu contoh ketika brand mencoba merepresentasikan diri mereka secara lebih inklusif kepada penggunanya. Dengan diluncurkannya pemeriksa bahasa inklusif pada Microsoft 365, brand besar dalam industri teknologi ini telah menunjukkan dedikasi mereka untuk membuka platform bagi semua pelanggan dan siapa saja yang serius ingin menggunakan bahasa yang lebih inklusif. 
 
Dengan mengaktifkan fitur ini, Anda mendapatkan notifikasi otomatis pada tampilan antarmuka pengguna tentang masalah inklusivitas.
 
Untuk merancang alat desain yang sesuai dengan tujuan mereka tersebut, Microsoft tentunya mempelajari serta memahami lebih dalam tentang perjalanan pengguna, dan juga pengalaman mereka. Namun, bagi banyak bisnis, bagian yang sulit adalah mempertimbangkan semua kebutuhan dan situasi pengguna Anda yang beragam untuk membuat platform yang benar-benar inklusif.
 
Sebagai manusia, kita terkadang membatasi diri terhadap pengalaman kita sendiri. Untuk keluar dari bingkai ini dan mengembangkan UX inklusif, ada beberapa strategi di bawah ini yang dapat Anda pertimbangkan :

Memetakan Perjalanan Pengguna

Salah satu alat yang kuat dalam mengeluarkan sisi empati adalah bercerita. Cerita merupakan hal yang senantiasa ada pada setiap kultur, memandu tindakan serta moral, memahami, dan mencerminkan emosi. Dengan menggunakan metode cerita, memetakan cerita dari pengguna dapat menjadi alat yang kuat untuk mengembangkan UX yang lebih baik. Anda dapat menggunakan alat seperti pemetaan perjalanan pengguna dan cerita pengguna untuk memahami bagaimana aktivitas sehari - hari mereka berjalan.
 
Pemetaan perjalanan pengguna merupakan proses visual yang mendeskripsikan siapa pengguna Anda, apa yang mereka butuhkan, dan bagaimana mereka dapat menjalankan hal tersebut. Dari situ, Anda dapat menanyakan pertanyaan penting tentang bagaimana konten Anda memberikan mereka tantangan, siapa saja yang kesulitan menggunakan produk digital Anda, dan bagaimana Anda dapat memberikan layanan yang lebih baik dari produk digital Anda. 
 
Dengan peta cerita pengguna, Anda dapat menggunakan pendekatan fungsional dari perspektif naratif, menawarkan Anda wawasan inklusif baru untuk mengembangkan UX dari produk digital Anda.

Memahami Panduan Aksesibilitas 

Aksesibilitas merupakan salah satu elemen kunci dari inklusivitas. Tanpa konten yang dirancang untuk setiap varian audiens, Anda memiliki risiko untuk gagal dalam SEO dan kecerdasan bisnis. Sebanyak 57 juta orang Amerika hidup dengan disabilitas, namun hanya 2% halaman website yang dapat diakses oleh komunitas disabilitas. Untuk membuat hal yang lebih baik, Anda perlu memberikan alternatif untuk media konten dan desain Anda dengan mempertimbangkan kompatibilitas teknologi pendukung.
 
Anda dapat mengikuti panduan aksesibilitas untuk mendapatkan desain yang lebih dioptimalkan dengan baik. Hal ini termasuk pengembangan sitemap dengan alur logis, memeriksa aksesibilitas UX produk dengan alat evaluatif, dan memastikan kompatibilitas untuk setiap perangkat yang Anda gunakan.
 
Semakin banyak perspektif yang Anda dapatkan akan suatu pengembangan, semakin mudah inklusivitas akan tercapai.

Membangun Tim Yang Berbeda Dalam Pengembangan UX

Untuk mengembangkan UX inklusif yang lebih baik, Anda memerlukan tim dari berbagai latar belakang yang berbeda. Mungkin Anda merasa memahami masalah dari membaca panduan aksesibilitas dan membangun platform yang komprehensif dan bermanfaat, tetapi selalu ada kemungkinan Anda melewatkan hal yang dapat menghalangi kepuasan pengguna.
 
Tim yang terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda dalam proses pengembangan desain produk digital dapat membantu Anda dalam memberikan perspektif yang mungkin Anda lewatkan. Bahkan jika ketika Anda memegang kendali akan UX sendirian, Anda masih dapat menggunakan bantuan tim dengan A/B Testing, survei pengguna, atau kuesioner untuk mendapatkan wawasan yang Anda butuhkan.
 
Tetapi, bagaimana cara Anda untuk mendapatkan pertanyaan yang sesuai untuk ditanyakan?

Kumpulkan Data Sensitivitas Kultural & Pelatihan Kesadaran

Disinilah pengumpulan data sensitivitas kultur atau pelatihan kesadaran dapat Anda gunakan. Entah apapun latar belakang yang dimiliki, setiap designer dapat menggunakan wawasan baru dalam merancang UX yang inklusif. Mulai dari  ketersediaan akses seperti kompatibilitas layar untuk dibaca hingga bahasa yang tidak bias, pertimbangan untuk perancangan desain UX senantiasa melebar. 
 
Melibatkan semua anggota upaya dari branding bisnis Anda dengan pelatihan sensitivitas akan budaya dapat membantu Anda menangkap masalah yang mungkin terjadi. Misalnya, ungkapan berdasarkan gender yang tidak sensitif dapat mempengaruhi pengalaman pengguna. Cegah masalah ini sebelum terjadi dengan tenaga kerja yang memiliki pelatihan berkualitas.

Tidak Pernah Berhenti Menerima Respon Balik

Pada akhirnya, Anda perlu untuk senantiasa mendapatkan respon balik jika Anda ingin memastikan penggunaan UX yang inklusif. Persepsi publik dan kebutuhannya senantiasa berganti dari waktu ke waktu. COVID-19 membuktikannya, dengan banyak bisnis yang harus secara cepat beradaptasi dan memberikan pengalaman pengguna yang sesuai dengan kebutuhan akan karantina. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan dengan menggunakan respon balik dan penilaian, Anda dapat beradaptasi dengan lebih mudah.
 
Memahami sebagaimana inklusifnya UX yang Anda berikan akan kembali pada matriks yang Anda tarik dari respon pengguna. Anda dapat mengumpulkan hal ini dengan menggunakan media sosial, ulasan pada website atau email, atau dengan cara lain yang sekiranya Anda rasa tepat untuk digunakan.
 
Faktanya, lebih baik untuk menyebarkan upaya respon balik Anda untuk membuat prosesnya lebih inklusif. Dengan wawasan dan data yang ada, Anda akan siap untuk meningkatkan reputasi dan etika dari bisnis serta brand Anda dengan mengundang audiens yang lebih besar.
 
Berikut adalah beberapa hal yang sekiranya dapat meningkatkan performa brand dan bisnis Anda dengan bantuan UX yang inklusif dalam produk digital Anda. Jika Anda masih membutuhkan bantuan dalam mengelola dan mengembangkan website dan UI UX Design yang sesuai dan diperlukan untuk bisnis Anda dengan harga yang bersaing dan juga kualitas yang tidak diragukan, Eannovate hadir untuk Anda.